Mubazir Tau Kalo Jadi Orang Apatis
Oleh: Mustika Rani
Mahasiswa merupakan suatu gelar yang sangat istimewa yang ada pada pemuda. Adapun peranan mahasiswa yang tidak akan berubah ,yaitu agent of change, social control, dan iron stock. Agent of change adalah peran mahasiwa dalam melakukan perubahan menuju arah yang lebih baik. Mahasiswa yang sedang berada tahap belajar, mulai memahami kaidah- kaidah yang semestinya yang diterapkan pada kehidupan bernegara. Jika ada sesuatu yang tidak berada dalam aturannya, maka mahasiswalah yang akan mengembalikan ke jalur yang semestinya. Social control adalah peran mahasiswa dalam mengamati lingkungan dan negaranya. Seringkali, pemerintah yang berada diatas hirarki bernegara melakukan hal yang tidak bermanfaat bagi masyarakatnya atau dapat dikatakatan menguntungkan diri sendiri. Maka itulah peran mahasiswa memperbaiki hal tersebut dengan tanpa kepetingan tertentu didalamnya. Yang terakhir adalah Iron stock, mahasiswa diharapkan menjadi pemimpin- pemimpin negara yang lebih baik. Karena mahasiswa telah mengetahui bagaimana hal yang semestinya diperbaiki untuk menyejahterakan negara, hal tersebut Karena mahasiswa telah mengkaji kebijakan-kebijakan pemimpin sebelumnya. Dengan mengetahui hal yang dipaparkan tersebut hendaknya kita sebagai mahasiswa menjadi pemimpin yang dapat berguna bagi rakyat.
Kontribusi dalam kamus besar Bahasa Indonesia dapat berarti sumbangan. Nah, sumbangan seperti apa yang dibutuhkan bangsa ini. Menilik dari permasalahan bangsa ini di saat sekarang sudah jelaslah solusi dari permasalahn tersebut, dibutuhkan kesadaran pemuda bangsa ini untuk menjadi pemimpin negeri ini dalam memberantas krisis ideologi yang tengah terjadi. Seorang pemimpin yang terus mempelajari dan berbagi mengenai seluk beluk ideologi pancasila yang sebenar–benarnya.
Adalah suatu kesia-siaan jika gelar mahasiswa ini tidak kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Sangat mubazir jika kita hanya menjadi seorang apatis yang hanya kuliah-pulang atau kuliah-kafe. Belum lagi peran kita sebagai manusia yang diciptakan dimuka bumi untuk menjadi pemimpin umat sedunia.
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Ali ‘Imran: 110).
Berbicara tentang pemimpin, pemimpin Indonesia hendaknya dapat memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi zaman sekarang, seharusnya pemimpin Indonesia dapat membuat terobosan terbaru yang efektif dan efesien dan dapat dijangkau seluruh lapisan masyarakat. Biarlah terobosan tersebut hanya hal kecil. Bisa saja hal kecil seperti sebuah akun khusus dan laman khusus yang akan otomatis ada ketika sebuah akun pemuda Indonesia aktif. Akun khusus inilah nantinya yang menjadi media berbagi serta menguatkan prinsip – prinsip Pancasila kepada setiap pengguna media sosial di tanah air.
Selain itu, pemimpin juga harus mengetahui segala problematika yang terjadi di Indonesia. Permasalahan saat ini sebenarnya dapat teratasi jika generasi muda sebagai calon pemimpin benar-benar menerapkan nilai-nilai yang ada dalam pancasila. Namun sayangnya ada pemuda yang menganggap pancasila itu tidak relevan. Meskipun ada pemuda yang mengaku mencintai pancasila, tapi mereka tidak memahami nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila seutuhnya. Mereka memang mempunyai nilai nasonalisme yang cukup tinggi, tapi apakah nasionalisme saja sudah cukup untuk memahami makna pancasila? Tidak, karena dalam pancasila telah dirumuskan nilai-nilai untuk kehidupan berbangsa dan bernegara yang berlandaskan kepada nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, dan keadilan sosial. Untuk itu, pemimpin dengan pemahaman tinggi terhadap ideologi sangat dibutuhkan oleh rakyat Indonesia.
Oleh karena itu janganlah kita menyia-nyiakan waktu yang kita miliki, karena Ahmad Rifa’i Rif’an seorang penulis buku Hidup Sekali, Berarti lalu Mati pernah menyampaikan dalam bukunya:
Bukankah kezaliman yang tak terkira jika kita menjadikan maha karya yang istimewa ini hanya numpang lewat dalam sejarah? Lahir, hidup, mati tanpa meninggalkan warisan berharga bagi generasi selanjutnya.