“Help People to Help Them Self”
Sebetulnya ketika kita membahas tentang apa itu kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial, mudahnya ialah ilmu tersebut merupakan seni dalam menolong orang lain secara profesional dengan lingkup prakteknya tersendiri. Belajar memahami manusia dari berbagai macam aspek dengan berfokus pada keberfungsian sosial orang – orang yang akan kita tolong nantinya. Selanjutnya, tentunya seni ini juga membahas tentang bagaimana cara dan upaya dalam menolong pun untuk tetap memanusiakan manusia dalam praktek pertolongan yang dilakukannya. Karena prinsip yang digunakan ialah “help people to help them self”, yang berarti bagaimana caranya agar orang yang kita tolong dapat menolong dirinya sendiri. Membuat dirinya kembali berfungsi secara sosial dalam menjalankan setiap peranan-peranan kehidupan dirinya sendiri, itulah seorang pekerja sosial profesional.
Selanjutnya, kompetensi menjadi suatu hal yang pasti jika kita membahas seroang pekerja sosial. Tentunya kompetensi tersebut harus terus diupgrade dan diperbarui dalam aspek pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan sikap (attitude) seorang pekerja sosial dalam menjalankan akivitas menolongnya. Misalkan saja dalam aspek pengetahuan minimal seroang pekerja sosial profesional mampu memahami keilmuan pekerjaan sosial dan kesejahteraan sosial itu sendiri, konsep person in environment serta tahapan-tahapan metode praktek pekerjaan sosial dalam lingkup mikro, mezzo, maupun makro. Kemudian aspek keterampilan misalkan saja social skill merupakan kelebihan yang seharusnya dapat menjadi poin tambahan pada diri seorang pekerja sosial seperti kemampuan empati dan observasi dalam proses assesment suatu permasalahan, komunikasi dan koordinasi yang menjadi kunci dalam menjalin interaksi dan hubungan dengan orang lain, serta literasi kita dalam mencari dan memahami suatu informasi tertentu dalam proses praktek pekerjaan sosial. Dan sikap (attitude) memiliki peranan penting yang akan membentuk kepribadian seorang pekerja sosial itu sendiri. Mengapa? Karena ada prinsip-prinsip yang harus seorang pekerja sosial professional lakukan. Misalkan dirinya harus mampu menerima (acceptance) dan tidak boleh menghakimi seseorang atas masalah yang dirinya alami (non-judmental), memandang setiap individu itu unik dengan kekhasannya tersendiri (individualization), mampu memahami batasan peran secara professional dalam proses intervensi klien (dual relatinship), membiarkan klien yang menentukan nasibnya sendiri terhadap referensi-referensi solusi yang sudah ditawarkan oleh pekerja sosial (self determination), serta tetap menjaga kerahasiaan informasi selama proses intervensi berlangsung kecuali sesuai kebutuhan tertentu dalam konteks penyelesaian masalah klien itu sendiri (confidentiality). Oleh karena itu, orang baik juga butuh kompetensi yang mumpuni dalam menjalani berbagai macam tugas dan peranannya tersendiri.
Menurutku semua orang dapat menjadi seorang pemimpin, tinggal bagaimana lingkungan yang membentuk dirinya dengan semua pembelajaran yang ingin diajarkan kepadanya. Karena setiap orang punya tempatnya masing-masing untuk bertumbuh dan meraih suatu kesuksesan dirinya sendiri. Tentunya dalam menjadi seorang pekerja seosial yang handal dan professional, modal kepemimpinan merupakan pondasi dasar yang penting dalam melayani orang lain. Sejatinya sebelum kita berangkat untuk menolong orang lain, maka pastikan terlebih dahulu kalau kita harus sudah selesai dengan diri sendiri. Khawatirnya bukannya menolong orang lain, melainkan diri kita nantinya lah yang ditolong oleh orang lain.
He who is not a good servant will not be a good master. Hal tersebut berarti mamang kehadiran dan keberandaan seroang pemimpin hakikatnya ialah untuk melayani. Thats the golden rule of leadership. Maka, menolong yang di Bumi menjadi keharusan setiap hamba milik Tuhan. Karena kita harus yakin, kelak diri kita juga akan ditolong yang oleh masyarakat di Langit sesuai dengan janji-Nya. Menolong yang di Bumi, ditolong yang di Langit.
Ahmad Shofwan Syaukani,
PM 9 BAKTINUSA Bandung.