Memandirikan Nasihat

Sifat lupa merupakan tabiat dasar seorang manusia dalam berkehidupan. Tentunya sebagai makhluk yang senantiasa bertemu juga membutuhkan orang lain, diri kita ini memang perlu untuk terus diingatkan sepanjang hayat hidup manusia itu. Mengingatkan sama saja dengan menasihati yang berarti menyampaikan satu pesan kebaikan yang sebaiknya dapat mendewasakan sekaligus memandirikan dirinya. Bukan malah menjadikan dirinya untuk memiliki mental pecundang, yang berakibat pada Ia tidak memiliki arah dan tujuan dirinya dalam berkehidupan.

Menjalankan setiap aktivitas untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan memang akan selalu mengorbankan banyak hal. Butuh effort lebih untuk menjalankan itu semua. Namun, pembelajaran terbaik pada dasarnya memang dibentuk oleh pengalaman dan pendidikan itu sendiri. Dan kedua hal itu lah yang menjadikan diri kita, bahkan sampai dapat berdiri dan bertahan sampai dengan hari ini.

Menurutku, satu catatan penting yang harus digaris bawahi ialah kalau setiap manusia juga berhak untuk memilih jalan hidupnya tersendiri. Menentukan prioritas dalam setiap aktivitasnya. Memaksimalkan perkembangan dirinya dengan membawa dirinya kepada satu titik versi terbaik dalam dirinya. Karena idealnya memang Tuhan telah menciptakan manusia itu dengan keunikan dan ciri khasnya masing-masing. Dan kita memang harus menerima semua ketentuan yang telah digariskan juga diberikan oleh-Nya.

Ini semua bukan cerita tentang seorang manusia bebas, melainkan tentang bagaimana cara kita untuk dapat memperlakukan orang lain sebagaimana mestinya. Menjadi manusia dewasa itu berarti mereka yang berani mengambil peran tanpa takut terjustifikasi oleh ocehan orang lain dan terus memainkan berbagai macam resiko pada setiap pertunjukan yang telah terpentaskan dalam kehidupannya. Karena apapun pilihan yang dihadapkan dalam kehidupan, akan selalu bertemu dengan suatu konsekuensi tertentu.

Semoga berhasil!

By Ahmad Shofwan Syaukani, PM 9 BAKTINUSA Regional Bandung