Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) banyak menuai protes terutama dikalangan orang tua murid. Sistem zonasi yang sebenarnya bertujuan baik untuk membuat anak dapat bersekolah dekat dengan tempat tinggal tanpa melihat hasil ujian nasional. Selama ini hasil ujian nasional menjadi standar untuk mendaftar sekolah menjadi momok bagi siswa. Sistem zonasi juga menghapus perspektif sekolah favorit. Sebenarnya penerapan sistem zonasi jelas memberikan kesempatan kepada siapapun untuk menikmati pendidikan berkualitas yang sama tanpa harus memiliki nilai menjulang.
Namun yang menjadi catatan adalah pada proses implementasi sistem zonasi. Implementasi lah yang terkesan berantakan sehingga menuai protes. Banyak kasus muncul dari aplikasi penghitung jarak yang error, luasan zona yang tidak jelas, jumlah anak yang diterima, pemetaan jumlah penduduk sekitar yang bersekolah serta jumlah sekolah yang setelah program berjalan baru disadari belum ditelaah dengan baik. Perlu juga sebuah standar nasional agar semua sekolah memiliki bentuk, fasilitas, kualitas yang sama dan merata. Apabila implementasinya baik tentu kebijakan ini akan mendapat dukungan positif. Bukan salah kebijakan namun pengimplementasiannya lah yang harus diperbaiki.
Disisi lain sebagai pelaksana saat ini siswa juga harus dibangun rasa kepercayaan diri bahwa sekolah dimanapun tak masalah. Yakini anak bahwa ia pintar dan mampu berprestasi dimanapun ia menempuh pendidikan. Sangat penting menjaga psikologis anak yang selama ini berfikiran bahwa kalau siswa bersekolah di sekolah “X” pasti pintar, kalau bersekolah di sekolah “Y” ia buangan. Apabila orang tua tak berpola pikir seperti itu tentu juga tak menjadi beban si anak kedepannya.